Kamis, 26 April 2012

Sejarah Hidup Para Salafus Shalih

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan untuk setiap perkara yang disukai dan diinginkan sebab-sebab dan jalan untuk sampai kepadanya. Diantara tujuan yang paling agung dan paling besar manfaatnya adalah iman. Allah telah menjadikan banyak faktor untuk mendatangkan dan menguatkannya. Dan beberapa sebab untuk menambah dan menyuburkannya. Apabila seorang hamba melakukannya maka akan semakin kuatlah keyakinannya dan akan semakin bertambah keimanannya. Allah telah menjelaskannya dalam Kitab-Nya dan telah dijelaskan pula oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Sunnah beliau.

Salafus Shalih umat ini, yaitu para sahabat nabi dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, generasi pertama umat Islam, sebaik-baik kurun, pelindung Islam, pembimbing umat, “singa-singa” pemberani, peserta peperangan dan pertempuran yang besar, mereka adalah pembawa agama ini kepada generasi sesudah mereka. Mereka adalah manusia yang paling kuat keimanannya dan yang paling dalam ilmunya, yang paling bagus hatinya, yang paling bersih jiwanya, diistimewakan dari mereka para sahabat nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah diistimewakan oleh Allah dengan menyaksikan langsung nabi-Nya. Allah memberi kenikmatan berupa melihat langsung rupa beliau, memuliakan mereka dengan mendengarkan langsung suara beliau dan perasaan damai mendengar tutur kata beliau. Mereka mengambil agama ini dari beliau dengan kuat sehingga melekat dalam hati mereka dan memberikan rasa tenteram dalam jiwa mereka. Mereka istiqamah di atasnya bagaikan gunung yang kokoh.

Cukuplah untuk menjelaskan keutamaan mereka bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berkata kepada mereka:

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia”. (QS. ALi Imran3:110)

Maknanya yaitu  Mereka adalah sebaik-baik umat dan yang paling bermanfaat bagi orang lain.
Dalam shahih Muslim dari hadits Abu Hurairah Radhiyallah ‘anhu ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرُ أُمَّتِي الْقَرْنُ الَّذِينَ بُعِثْتُ فِيهِ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

Artinya: “Sebaik-baik umatku adalah kurun yang aku diutus padanya, kemudian generasi sesudahnya…”( HR. Muslim (IV/1964) 

Mereka adalah orang-orang yang paling baik, paling selamat dan paling mengetahui dalam memahami Islam. Mereka adalah para pendahulu yang memiliki keshalihan yang tertinggi (as-salafu ash-shalih).

Barangsiapa menelaah keadaan generasi terpilih ini, membaca sejarah hidup mereka, mengenali kebaikan mereka, memperhatikan akhlak mereka yang agung, keteladanan mereka mengikuti Rasulullah yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kesungguhan mereka menjaga keimanan dan kekhawatiran mereka terhadap perbuatan dosa dan maksiat, kewaspadaan mereka dari riya’ dan nifak, keseriusan mereka mengerjakan ketaatan dan berlomba-lombanya mereka dalam berbuat kebaikan, mengenali keadaan mereka dan kekuatan iman mereka, keketatan mereka dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kesungguhan mereka dalam mengerjakan ketaatan dan berpalingnya mereka dari dunia yang fana dan antusias mereka mengejar akhirat yang abadi, niscaya ia akan mengetahui dari penelahaan dan pembahasan tersebut sejumlah kebaikan-kebaikan dan mengetahui banyak sekali sifat-sifat dan karakter-karakter yang mulia. Yang mana semua itu akan mendorongnya untuk benar-benar meneladani mereka dan kecintaan mengikuti sifat-sifat mereka. Mengingat mereka akan mengingatkan kita kepada Allah, menelaah keadaan mereka akan menguatkan keimanan dan membersihkan hati. Alangkah indah ucapan seorang penyair:

Ulangilah sekali lagi untukku tentang kisah mereka
Sungguh kisah mereka mencerahkan hati yang sepi

Sumber pembahasan dan penelitian tentang sejarah hidup hamba-hamba yang terpilih ini ialah: Buku-buku sejarah, buku-buku biografi, zuhud, raqaaiq (kelembutan hati), wara’ dan buku-buku lainnya. Dan mengambil faidah dari riwayat-riwayat yang shahih daripadanya. Penelitian dan penelaahan tersebut akan melahirkan kemiripan yang baik dengan mereka, sebagaimana yang dikatakan oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah: “Siapa yang lebih mirip dengan mereka, maka ia akan menjadi lebih sempurna.”( Al-Ubudiyah, hal:94)

Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka.

Semua perkara di atas akan menambah dan menguatkan keimanan. Semuanya tersirat dalam ilmu syar’i yang bersumber dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta petunjuk yang dijalani oleh Salafus Shalih.

Hal ini menjelaskan kepada kita pentingnya tafakkur dan tadabbur terhadap ayat-ayat Allah dan makhluk-makhlukNya.

Dikutip dari Buku “Pasang Surut Keimanan
Penulis Syaikh Abdur Razaq bin Abdul Muhsin  Al Abbad Al Badr
Penerbit Pustaka At Tibyan

0 komentar:

Posting Komentar