Sabtu, 04 Februari 2012

Tiga Derajat Hikmah

Menurut pengarang Manazilus Sa'irin, ada tiga derajat hikmah, yaitu sebagai berikut.

1.    Engkau memberikan kepada segala sesuatu sesuai dengan haknya, tidak melanggar batasannya, tidak mendahulukan dari waktu yang telah ditetapkan dan tidak pula menundanya.

Karena segala sesuatu itu memiliki tingkatan dan hak, engkau harus memenuhinya sesuai dengan takaran dan ketentuannya. Karena segala sesuatu memiliki batasan dan kesudahan, engkau harus sampai ke batasan itu dan tidak boleh melampauinya. Karena segala sesuau mempunyai waktu, engkau tidak boleh mendahulukan atau menundanya. Yang disebut hikmah adalah memperhatikan tiga sisi ini.

Ini hukum secara umum untuk seluruh sebab dan akibatnya, menurut ketentuan Allah dan syariat-Nya. Menyia-nyiakan hal ini berarti menyianyiakan hikmah, sama dengan menyia-nyiakan benih yang ditanam dan tidak mau menyirami tanah. Melampaui hak seperti menyirami benih melebihi kebutuhannya, sehingga benih itu terendam air, yang justru akan membuatnya mati. Mendahului dari waktu yang ditentukan seperti memanen buah sebelum masak. Begitu pula meninggalkan makanan, minuman dan pakian merupakan tindakan yang melanggar hikmah dan melampaui batasan yang diperlukan. Jadi, yang disebut hikmah ialah berbuat menurut semestinya, dengan cara yang semestinya, dan pada waktu yang semestinya.

Allah telah mempusakakan hikmah kepada Adam dan anak keturunannya. Orang laki-laki yang sempurna ialah yang mempunyai hak waris secara sempurna dari ayahnya. Setengah laki-laki, seperti wanita, memperoleh setengah warisan. Hanya Allahlah yang mengetahui banyaknya perbedaan-perbedaan dalam masalah ini. Makhluk yang paling sempurna dalam pusaka hikmah ini adalah para rasul dan para nabi. Yang paling sempurna di antara para rasul adalah ulul azmi. Yang paling sempurna di antara ulul azmi adalah Muhammad saw. Karena itu, Allah mengaruniakan hikmah kepada beliau dan umatnya, sebagaimana firman-Nya yang artinya, "Sebagaimana Kami telah mengutus kepada kalian rasul di antara kalian, yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kalian dan menyucikan kalian dan mengajarkan kepada kalian al-kitab dan hikmah, serta mengajarkan kepada kalian apa yang belum kalian ketahui." (Al-Baqarah: 151).

Setiap tatanan alam berkaitan dengan sifat ini, dan setiap celah di ala mini dan pada diri hamba merupakan penyimpangan dari sifat ini. Orang yang paling sempurna ialah yang paling banyak memiliki hikmah, dan yang paling tidak sempurna ialah yang paling sedikit menerima warisan hikmah.

Hikmah mempunyai tiga sendi: ilmu, ketenangan, dan kewibawaan. Kebalikannya adalah kebodohan, terburu-buru, dan kegabahan.

2.    Mempersaksikan pandangan Allah tentang janji-Nya, mengetahui keadilan Allah dalam hukum-Nya dan memperhatikan kemurahan hati Allah dalam penahanan-Nya.

Artinya, engkau bisa mengetahui hikmah dalam janji dan ancaman Allah serta menyaksikan hukum-Nya dalam firman-Nya, "Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarah, dan jika ada kebajikan sebesar zarah, niscaya Allah akan melipatgandakannya danmemberikan dari sisi-Nya pahala yang besar." (An-Nisaa: 40).

Dengan begitu engkau bisa menyaksikan keadilan Allah dalam ancaman-Nya, kemurahan Allah dalam janji-Nya, dan semua dilandaskan kepada hikmah-Nya. Engkau juga bisa mengetahui keadilan Allah dalam hukum-hukum syariat-Nya dan hukum-hukum alam yang berlaku pada semua makhluk, yang di dalamnya tidak ada kezaliman dan kesewenang-wenangan, termasuk pula hukum-hukum yang diberlakukan terhadap orang-orang yang zalim sekalipun. Allah adalah yang paling adil dari segala yang adil.

Allah juga murah hati, yang simpanan-Nya tidak akan berkurang karena pemberian-Nya. Allah tidak memberikan karunia kepada seseorang melainkan berdasarkan hikmah, karena Allah Maha Murah hati dan Maha Bijaksana. Hikmah-Nya tidak bertentangan dengan kemurahan-Nya. Allah tidak meletakkan kemurahan dan karunia-Nya, kecuali di tempat yang semestinya dan sesuai dengan waktunya, sesuai dengan takdir yang ditentukan hikmah-Nya. Andaikan Allah membentangkan rezeki untuk semua hamba-Nya, tentu mereka semua akan binasa dan rusak. Sekiranya Allah mengetahui pada diri orang-orang kafir terdapat kebaikan dan mau menerima nikmat iman serta syukur kepada-Nya atas nikmat ini, cinta dan pengakuan kepada-Nya, tentu Diaakan menunjukkan mereka kepada iman. Karena itu, mereka bertanya kepada orang-orang mukmin, "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah?" Lalu, Allah menjawab dengan firman-Nya, "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?" (Al-An'am: 53).

Ibnu taimiyah berkata, "Mereka itulah orang-orang yang mengetahui kadar nikmat iman dan mereka bersyukur kepada Allah atas nikmat ini."

Allah tidak memberi melainkan berdasarkan hikmah-Nya, tidak menahan melainkan berdasarkan hikmah-Nya, dan tidak menyesatkan melainkan berdasarkan hikah-Nya pula.

3.    Dengan tuntutan bukti, engkau bisa mencapai bashirah; dengan petunjukmu, engkau bisa mencapai hakikat; dan dengan isyaratmu, engkau bisa mencapai sasaran.

Artinya, tuntutan dalil dan bukti engkau bisa mencapai derajat ilmu yang paling tinggi, yang juga disebut basyirah, yang penisbatan ilmu dengan hati sama dengan penisbatan objek pandangan ke pandangan mata. Ini merupakan kekhususan yang dimiliki para sahabat Rasulullah saw. dan tidak dimiliki selain mereka dari umat Islam, dan basyirah ini merupakan derajat ilmu yang paling tinggi. Allah berfirman, "Katakanlah, 'Inilah jalan (agamaku), aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan basyirah." (Yusuf: 108).

Dengan kata lain, aku dan para pengikutku ada pada basyirah. Tetapi, ada pula yang berpendapat bahwa aku menyeru kepada Allah berdasarkan basyirah, dan orang yang mengikutiku juga mengajak kepada Allah berdasarkan basyirah. Pendapat mana pun yang lebih pas dari dua pendapat ini, yang pasti para pengikut beliau adalah orang-orang yang meiliki basyirah, yang menyeru kepada Allah berdasarkan basyirah.

Dengan petunjukmu engkau bisa mencapai hakikat, artinya jika engkau memberikan petunjuk kepada orang lain, maka engkau bisa mencapai hakikat. Begitu pula sebaliknya, yaitu jika ada orang lain yang memberimu petunjuk, engkau bisa mencapai hakikat.


Sumber: Madaarijus Saalikiin baina Manaazili Iyyaaka Na'budu wa Iyyaaka Nasta'iin, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah

0 komentar:

Posting Komentar